Resensi Film “Sang kiai”
·
Ikranagara sebagai
KH Hasyim Asy'ari
·
Christine
Hakim sebagai Masrurah/Nyai Kapu
·
Agus Kuncoro sebagai
KH Wahid Hasyim
·
Adipati
Dolken sebagai Harun
·
Meriza
Febriyani Batubara sebagai Sari
·
Dimas Aditya sebagai
Hamzah
·
Royham Hidayat sebagai
Khamid
·
Ernestsan Samudera sebagai
Abdi
·
Ayes Kassar sebagai
Baidhowi
·
Dayat Simbaia sebagai
KH Yusuf Hasyim
·
Dymas Agust sebagai
KH Mas Mansur
·
Andrew Trigg sebagai
Brigadir Mallaby
·
Norman
Rivianto Akyuwen sebagai kang Solichin
Produser:
Gope T. Samtani
Sutradara:
Rako Prijanto
Durasi:
135 menit
Pendudukan Jepang ternyata tidak
lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih,
melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan
Sekerei (menghormat kepada Matahari). KH Hasyim Asyari sebagai tokoh besar
agamis saat itu menolak untuk melakukan Sekerei karena beranggapan bahwa
tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam. Menolak karena sebagai umat
Islam, hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani
itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari.
KH Wahid
Hasyim, salah satu putra beliau mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH
Hasyim Asyari. Berbeda dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asyari yang
percaya cara kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun
menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim
Asyari. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah korban
berjatuhan.
Dengan
cara damai KH Wahid Hasyim berhasil memenangkan diplomasi terhadap pihak Jepang
dan KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan. Ternyata perjuangan melawan Jepang
tidak berakhir sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan
hasil bumi. Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk
menggalakkan bercocok tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah sholat
Jum'at. Ternyata hasil tanam rakyat tersebut harus disetor ke pihak Jepang. Padahal
saat itu rakyat sedang mengalami krisis beras, bahkan lumbung pesantren pun
nyaris kosong. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH.
Hasyim Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari
pesantren.
Jepang
kalah perang, Sekutu mulai datang. Soekarno sebagai presiden saat itu mengirim
utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH HAsyim Asyari membantu mempertahankan
kemerdekaan. KH Hasyim Asyari menjawab permintaan Soekarno dengan mengeluarkan
Resolusi Jihad yang kemudian membuat barisan santri dan masa penduduk Surabaya
berduyun duyun tanpa rasa takut melawan sekutu di Surabaya. Gema resolusi jihad
yang didukung oleh semangat spiritual keagamaan membuat Indonesia berani mati.
Di
Jombang, Sarinah membantu barisan santri perempuan merawat korban perang dan
mempersiapkan ransum. Barisan laskar santri pulang dalam beberapa truk ke
Tebuireng. KH Hasyim Asyari menyambut kedatangan santri- santrinya yang gagah
berani, tetapi air mata mengambang di matanya yang nanar.
Resensi
buku penunjang penulisan ilmiah
Judul buku: Pengantar Sistem Komputer
Penerbit: INFORMATIKA
Penulis: Agung Setiawan
Tahun terbit: 2004
Tebal buku: 386 halaman
Kategori buku: Buku teks komputer/ Pengantar Informatika
Berat buku: 0.4kg
Buku Pengantar Sistem Komputer mengulas komputer dari awal dibuatnya, cara-cara merakit dan
menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh komputer. Dalam buku ini juga
terdapat materi yang berkenaan dengan cara mengamankan komputer dan penanganan
masalah yang mungkin ditimbulkan oleh komputer. sehingga anda tidak perlu lagi
membawa komputer anda ketempat reparasi komputer untuk menanganinya.