Saat
itu saya kelas 3 SMP, Saya bertemu teman baru dan seiring berjalannya waktu
Saya mulai sering bermain dengan teman-teman baru saya itu. Disaat saya sudah
mulai akrab dengan mereka, Saya mengajak teman wanita yang satu sekolah dengan
Saya untuk ikut bergabung dengan kami. Disaat kami sedang kumpul bersama, Erin
(nama teman wanita saya) melihat seorang lelaki. Saat pertama kali dia melihat
lelaki itu dia langsung merasa tertarik dengannya. Dan ternyata lelaki yang dia
sukai itu adalah teman dari teman-teman baru saya.
Erin
mulai berani menunjukkan rasa ketertarikannya pada Dwi (lelaki yang disukai
Erin). Dan ternyata lelaki itu menyambutnya. Singkat cerita dia pun akhirnya
berpacaran.
Setelah
sebulan mereka berpacaran erin mulai menunjukkan sifat aslinya yang ternyata
membuat Dwi merasa tidak nyaman. Erin sangat kekanak-kanakkan, egois, dan
selalu menyalahkan Dwi. Mungkin karena saat itu Erin masih belum dewasa
sehingga pikirannya pun masih labil. Sedangkan jarak umur antara Erin dan Dwi
terpaut 7 tahun.
Karena
tidak tahan dengan sifat Erin yang seperti itu akhirnya Dwi memutuskan untuk
berbagi cerita dengan saya. Dwi mengatakan sudah tidak tahan lagi berhubungan
dengan Erin. Tapi disisi lain dia pun sudah terlanjur cinta dengan kekasihnya
itu. Sebagai teman, saya pun memberikan saran terbaik untuk hubungan mereka.
Dan ternyata semakin hari sifat buruk Erin itu semakin menjadi-jadi. Dwi pun
hampir setiap hari selalu bercerita dan minta saran dengan saya untuk hubungan
mereka. Mungkin karena intensitas bertemu antara saya dengan Dwi bertambah dan
Dwi pun merasa nyaman bercerita dengan saya, akhirnya Dwi merasakan satu
perasaan lebih kepada saya.
Sejak
dulu saat saya bertemu dengan Dwi tidak ada sedikit pun perasaan lebih untuk
dia. Bahkan disaat intensitas bertemu kami bertambah karena dia ingin
menceritakan masalah dengan kekasihnya, perasaan saya pun masih sama. Sampai
pada akhirnya Dwi mengutarakan perasaannya kepada saya. Saat dia mengutarakan
perasaannya itu saya sedikit marah. Karena pada saat itu hubungan dia dengan
Erin belum berakhir, disamping itu saya juga tidak memiliki perasaan sama
sekali dengannya. Saya benar-benar hanya menganggap dia seorang teman yang
sedang membutuhkan tempat untuk mendengarkan segala keluh kesah dia.
Tiga
bulan berlalu, akhirnya Dwi dan Erin sudah memutuskan untuk saling berpisah.
Saya pun sudah mulai jarang berhubungan dengan Dwi, bahkan hanya untuk sekedar
SMS. Pada saat itu juga saya dan Erin sedang sibuk mempersiapkan diri untuk UN
(Ujian Nasional).
Tidak
terasa akhirnya saya dan Erin sudah masuk SMA. Saya dan Erin sudah tidak satu
sekolah lagi. Karena kami sudah tidak satu sekolah lagi kami jadi jarang
bertemu dan menjalani hidup masing-masing dengan teman baru kami.
Dipertengahan
kelas satu SMA Dwi tiba-tiba menghubungi saya kembali. Saya pun menanggapinya
sebagaimana seorang teman biasa. Tidak berapa lama dari itu Dwi pun kembali
mengungkapkan perasaannya kembali kepada saya. Disana saya bingung, satu sisi
saya tidak memiliki perasaan lebih dengannya, tapi disisi lain teman baru saya
di SMA menyuruh saya untuk menerimanya. Karena saya sudah lama tidak menjalin
hubungan dengan lelaki. Akhirnya saya memutuskan untuk menerimanya. Namun
karena saya memang benar-benar tidak memiliki perasaan lebih sama sekali
dengannya, tiga hari kemudian saya memutuskan untuk berpisah dengannya. Yaa..
hubungan kami hanya berjalan tiga hari. Pada saat itu Dwi marah sekali dengan
saya. Dia merasa saya mempermainkan perasaannya. Tapi apa mau dikata, saya
memang hanya menganggap dia seorang teman.
Setelah
kejadian itu Dwi benar-benar tidak menghuungi saya sama sekali. Sebenarnya saya
merasa sangat tidak enak. Karena awalnya hubungan kami sangat baik, tetapi
sekarang kami seolah menjadi musuh.
Setelah
sekian lama saya tidak main bersama dengan Erin, akhirnya suatu hari saya dan
Erin memutuskan untuk bertemu. Bertemu hanya untuk sekedar berbagi cerita saat
SMA. Disaat kami bertemu Erin meminjam HP saya. Dan tanpa sengaja dia melihat
nomor HP Dwi di HP saya tertulis ‘Mantan Dwi’. Saat itu dia sangat terkejut,
bahkan dia merasa saya sudah mengkhianatinya. Dengan susah payah saya
menjelaskan yang sesungguhnya, bahwa saya benar-benar tidak memiliki perasaan
sama sekali dangan Dwi. Dan sampai akhirnya dia pun mengerti. Selang beberapa
menit dari kejadian tadi tiba-tiba Erin berkata kepada saya “sebenernya dari
awal gue udah ngerasa kalau Dwi itu sukanya sama lu, bukan sama gue. Makanya
gue sering berantem sama dia. Sebenernya yang gue ributin sama dia itu yaa lu.
Gue ribut itu karena gue cemuburu sama lu”. Setelah saya mendengar kata-kata
Erin barusan saya sangat terkejut. Saya tidak menyangka ternyata selama ini
hubungan mereka tidak berjalan baik itu karena saya.
Tidak
terasa saat ini saya sudah berada dipertengahan kelas dua SMA. Setelah
pertemuan saya dengan Erin saat itu saya masih jarang bertemu dengannya. Tapi
hubungan kami tetap berjalan baik walaupun Erin sudah mengetahui semuanya. Dan
tidak berjauhan dari itu Erin sekeluarga pindah ke Bandung. Saya pun jadi
semakin jarang bertemu dengannya.
Saat
itu saya tau kalau Erin dan Dwi ternyata sudah saling berteman. Mereka
berhubungan baik. Saat itu saya merasa iri, kenapa dengan Erin dia bisa
berteman baik sedangkan dengan saya dia tidak mau berteman. Akhirnya saya
memberanikan diri untuk menghubungin Dwi duluan. Saya ingin meminta maaf
dengannya karena dulu saya memperlakukan dia seperti itu. Disamping itu pula
saya tidak ingin bermusuhan dengan dia. Karena awalnmya hubungan kami berteman
baik. Tanpa diduga dia membalas SMS saya. Intinya dia sudah melupakan kejadian
itu dan ucapan dia dulu hanya emosi sesaat. Saya pun lega karena hubungan kami
sudah normal kembali.
Tidak
lama dari hubungan normal kami Dwi mulai sering lagi menghubungi saya. Saat itu
adalah bulan Ramadhan ditahun 2009. Dan tidak terasa sudah tiba Idul Fitri.
Disaat hari raya itu saya diundang olehnya
untuk bersilaturahmi dengan keluarganya. Dan saya pun akhirnya datang
kerumahnya. Tidak lama dari itu saya kembali kerumah. Dan malamnya tiba-tiba
dia menelepon saya. Dan setelah panjang lebar kami bercerita di telepon tanpa
saya duga Dwi langsung mengutarakan perasaannya lagi kepada saya. Saya
terkejut, sangat terkejut. Saat itu saya tidak langsung menjawab. Saya meminta
waktu untuk berpikir. Dia pun akhirnya mematikan teleponnya agar saya bisa
berpikir. Saat dia mematikan teleponnya saya langsung menghubungi teman SMA
saya. Saya menceritakan semuanya. Dan teman SMA saya menyuruh saya untuk
menerimanya kembali. Tapi disana saya takut terulang kejadian seperti dulu yang
hubungan kami hanya berjalan tiga hari dan setelah itu hubungan kami menjadi
tidak baik. Namun teman saya meyakinkan saya kalau itu tidak akan terjadi.
Akhirnya tidak berapa lama Dwi menelepon saya kembali dan meminta jawaban. Dan
saat itu saya langsung menjawab kalau saya mau menjalin hubungan dengan dia.
Di
hari raya Idul Fitri tepat pada tanggal 20092009 saya kembali menjalin hubungan dengan dia.
Dan saya sangat tidak menyangka bahwa hubungan kami masih berlanjut sampai
sekarang. Erin sudah mengetahui kalau saya kembali berhubungan dengan Dwi. Dan
dia pun tidak marah dengan saya. Bahkan disaat saya kembali dengan Dwi, Erin
bilang dengan saya jangan sampai saya menyia-nyiakan Dwi. Karena Dwi itu adalah
orang yang sangat baik. Saya harus menjaganya.
Ini adalah awal
dari cerita Saya dan Dwi. Entah dimana akhir dari cerita ini, tapi yang pasti
tiga setengah tahun bersama dengan dia, saya sudah cukup yakin bahwa dia adalah
orang yang baik untuk saya. Karena jika dia bukan orang yang baik untuk saya.
Tidak akan selama ini saya mempertahankan dia untuk bersama dengan saya.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar