Kamis, 20 Juni 2013

Harapan




            Tiga setengah tahun itu bukan waktu yang sebentar untuk menjalin sebuah hubungan. Sudah cukup banyak cerita yang ada pada hubungan ini. dari mulai masalah tersulit sampai dengan hal-hal indah sudah kami berdua rasakan semua dihubungan ini.
            Kami berdua tidak ingin hubungan yang sudah lama kami pertahankan ini akan selesai begitu saja. Kami ingin akhir dari cerita ini adalah sebuah cerita yang bahagia. Sebuah cerita yang bisa kami bagi ke anak cucu kami nanti. Kami berharap walaupun hubungan ini masih belum di pandang oleh orang tua saya, hubungan ini akan memiliki arah dan tujuan.
            Mencari lelaki yang kaya itu tidak sulit. Tetapi mencari lelaki yang baik dan bisa membimbing kita menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya di jaman saat ini sangatlah sulit. Mencari laki-laki yang menjaga kita, bukan justru merusak kita dijaman sekarang ini sangatlah sulit. Tetapi saya sangat merasa beruntung saya telah dipertemukan oleh Dwi. Tidak ada yang tau bagaimana kedepannya hubungan kami ini. tapi kami memiliki niat baik dalam hubungan ini.
            Saya berharap saya bisa lulus kuliah tepat pada waktunya sehingga saya bisa cepat mendapatkan pekerjaan yang layak untuk saya dan bisa membuktikan keorang tua saya bahwa pikiran saya tidak dangkal seperti lingkungan tempat tinggal saya. saya bisa membuat keluarga saya bangga dengan saya menjadi anak yang berhasil dan sukses.
            Saya juga berharap usaha yang sedang Dwi dan teman-temannya rintis akan segera stabil. Akan segera mendapatkan tempat dimasyarakat sehingga usaha dia bisa jauh lebih maju dari sebelumnya. Dan bisa membuktikan kepada orang tua saya bahwa yang bisa sukses itu bukan hanya seorang dokter, polisi, PNS atau jabatan tinggi lainnya. Tapi seorang tukang sablon juga bisa sukses bahkan lebih sukses dari mereka semua.


Tamat.

Pertanda Baik





Saya lupa tepatnya tanggal berapa. Tapi yang pasti kejadian ini sekitar akhir maret 2013. Saat itu saya sedang ada masalah dengan Dwi. Entah apa masalahnya tapi saya sangat kesal dangan dia. Telepon dia tidak pernah saya angkat. Pesan dia tidak pernah saya balas. Saya sendiri lupa apa masalahnya pada saat itu.
            Sampai akhirnya telepon dia saya angkat. Dan dia langsung bicara kalau dia akan kerumah saya. saya langsung terkejut. Saya langsung melarang dia. Tetapi dia tetap akan kerumah. Padahal saya sudah bilang kalau saya sedang tidak ada dirumah. Saya makin marah dengan dia karena sikap dia seperti itu. Akhirnya karena saya marah dia bilang dia tidak akan kerumah saya. saya sudah cukup lega saat itu.
            Sekitar beberapa jam dari telepon tadi tiba-tiba adik saya Abay mengetuk pintu kamar saya. saya membuka pintu dan saya terkejut sekali saat adik saya membawa sebuah bingkisan besar sekali. Saya tau apa isi paket itu. Itu sebuah lukisan wajah saya dari kulit telur dan puntung rokok yang Dwi buat untuk saya. yang bikin saya terkejut kapan dia mengantarkan bingkisan itu. Bagaimana dia mengantarkannya. Soalnya saat itu papah saya sedang ada dirumah. Saat saya bertanya dengan adik saya. katanya yang menerima bingkisan itu adalah papah saya. saya semakin gemetar. Saya takut sekali.
            Tidak lama dari itu papah saya langsung menusul kekamar saya dan menanyakan apa isi paket itu. Mungkin papah saya penasaran. Karena bingkisan itu besar sekali. Saya tidak ingin membukanya, tapi papah saya meminta saya untuk membukanya. Kenapa saya tidak ingin membukanya? Karena saya tau apa isi bingkisan itu. Lagi pula saya berniat mengembalikan bingkisan itu utuh tanpa saya buka sebelumnya. Tapi karena papah saya. mau tidak mau saya buka bingkisan itu.
            Setelah papah saya melihat saya langsung menelpon Dwi. Saya marah ditelepon dengannya karena dia datang kerumah saya. dia langsung meminta maaf dengan saya. saya marah seperti ini hanya karena saya takut dengan papah saya. tetapi Dwi bilang saat dia memberikan bingkisan itu papah saya ramah sekali dengannya. yaa mungkin saja dia ramah karena dia  tidak tahu siapa yang mengantarkan bingkisan tadi. Kalau papah saya tau, entah apa yang akan papah saya lakukan. Tetapi tidak mungkin papah saya tidak tahu. Karena papah saya sudah sering melihat dia. Yaa semoga saja ini adalah tanda dari papah saya kalau sebenarnya papah saya sudah mengizinkan saya berpacaran. Amin.


Bersambung...

Kota Tua Di Malam Hari





            26 februari 2013 kemarin Dwi ulang tahun. Kebetulan sehari sebelum dia ulang tahun teman kampus saya menginap dirumah saya. teman saya berniat menginap dua malam. Dari tanggal 25 sampai dengan tanggal 27 februari.
            Sebenarnya sudah lama sekali teman saya ingin menginap dirumah saya, hanya saja selalu ada halangan. Sampai akhirnya dua orang teman saya itu menginap tepat dihari ulang tahun Dwi.
            Tidak seperti ulang tahun dia yang tahun-tahun lalu. Untuk tahun ini saya memberikan dia sebuah kado yang saya beli dari sebuah toko. Entah kenapa tahun ini saya sangat tidak bersemangat untuk membuatkan dia sebuah kado dari hasil saya sendiri.
            Tepat jam 1 siang tanggal 25 februari teman saya sampai kerumah saya. selang berapa jam mereka sampai saya langsung menyuruh mereka untuk makan. Selesai makan mereka langsung saya suruh mandi, karena malam ini saya dan teman saya berniat untuk keluar rumah. Hanya sekedar mengelilingi kota Bogor. Maklum saja, dua orang teman saya itu tinggal di Bekasi dan di Jakarta Selatan. Jadi mereka meminta saya untuk mengajak mereka berkeliling Bogor.
            Setelah lelah berkeliling kami mampir di sebuah tempat makan yang ada di Bogor. Malam ini kami jalan berempat. Saya mengajak Dwi malam ini, karena teman saya belum terlalu mengenal dia. Oleh karena itu saya mengajaknya.
            Keesokan harinya adalah hari ulang tahun Dwi. Saya lupa mengucapkan selamat kepada dia. Karena saya tidur sudah cukup larut akhirnya tadi saya dan teman-teman bangun sudah cukup siang. Jadi saya lupa mengucapkan selamat kepadanya.
            Karena hari ini Dwi ulang tahun saya ingin merayakannya. Kebetulan juga ada teman-teman saya. karena bingung bagaimana cara merayakannya karena tidak ada persiapan, akhirnya saya mengajak teman-teman saya dan Dwi ke Kota Tua. Saya sendiri juga bingung apa yang harus saya lakukan nanti di Kota Tua. Tapi yang ada dipikiran saya yang penting kita bisa bersenang-senang walaupun hanya sebatas ke Kota Tua.
            Sekitar jam 4 sore kami semua berangkat. Sepanjang perjalanan ke Kota Tua saya memikirkan apa yang harus saya lakukan nanti agar malam ini menjadi malam yang berkesan. Karena malam ini bukan hanya malam ulang tahun Dwi. Tapi juga malam perpisahan saya dan salah satu teman saya ini. Karena salah satu teman saya ini akan pindah ke Manado.
            Lama saya berpikir akhirnya saya mendapatkan ide juga. Rencana saya sesampainya di Kota Tua nanti saya akan membeli semangkuk es krim dan lilin. Hanya sekedar simbol kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Sesampainya di Kota Tua saya langsung masuk kesalah satu toko untuk membeli keperluan saya. tapi setelah saya masuk ketoko itu akhirnya saya berubah pikiran. Karena saya melihat puding cokelat yang kelihatannya lebih bagus dari pada es krim. Sebenarnya saya ingin kue ulang tahun. Tetapi saya tidak mempersiapkan dari jauh-jauh hari. Oleh karena itu saya mencari seadanya saja.
            Keluar dari toko kami langsung mencari tempat yang nyaman untuk kami berempat. Setalah dapat dan beristirahat sebentar saya langsung menyuruh teman saya menancapkan lilin itu kepudingnya dan dinyalakan. Sementara teman saya menyiapkan, saya mengalihkan pandangan Dwi ke arah lain. Setelah selesai saya dan teman-teman saya langsung bernyanyi ‘selamat ulang tahun’ untuk Dwi. Terlihat sekali kalau Dwi senang tapi masih malu-malu. Yaa maklum saja, dia baru kenal dengan teman-teman saya. dia masih belum merasa akrab tapi sekarang dia diberikan kejutan oleh saya dan teman-teman saya.
            Setelah Dwi meniup lilinnya dan memakan pudingnya saya langsung mengeluarkan kado yang sudah saya persiapkan dari dua minggu yang lalu. Sebuah kado yang berisi barang yang selama ini sangat dia inginkan. Kado itu langsung dia buka ditempat dan senyum dia makin terlihat lebar.
            Dia tidak menyangka mendapatkan 3 kejutan malam ini. Pertama saat saya tiba-tiba mengajak dia ke Kota Tua. Dia pikir itulah kado yang akan saya berikan kepada dia. Setelah dia pikir itu kadonya ternyata saya memberikan dia puding ulang tahun dan menyuruh dia meniup lilin. Disaat rasa senang dia masih ada tiba-tiba saya memberikan dia sebuah kado yang berisikan barang yang selama ini sangat dia inginkan. Melihat dia senang seperti itu saya juga merasa senang.
            Saya juga ingin berterima kasih kepada kedua teman saya ini Dinesya dan Virgian. Tanpa dia ulang tahun Dwi tahun ini mungkin tidak akan memiliki moment indah seperti ini. Tanpa mereka mungkin ini semua akan hambar. Walau hanya dirayakan di Kota Tua dan semangkuk puding tapi malam ini benar-benar sangat menyenangkan. Bahkan sampai sekarang saya masih belum bisa melupakan setiap detik saat kami berempat disana.


Bersambung...

Dokter? Polisi? PNS? Atau Dia yang hanya lulusan SMA





            Tepat tanggal 24 Februari 2013 ini akhirnya papah saya tahu kalau saya mempunyai pacar. Sebenarnya diumur saya yang sudah 19 tahun ini saya masih belum diizinkan pacaran oleh kedua orang tua saya. sebenarnya mama saya tahu kalau saya dekat dengan Dwi. Tapi mama saya lebih memilih tutup mata dan tutup telinga soal hubungan saya dengan Dwi.
            Malam ini papah saya melihat saya boncengan dimotor dengan Dwi. Saya tidak tahu kalau dia melihat saya. sesampainya dirumah saya melihat kedua orang tua saya itu diam saja. Itu tidak seperti biasanya. Makanya saya langsung bertanya dengan mama saya apa yang sebenarnya terjadi. Saat saya bertanya, mama saya langsung bilang dengan saya kalau papah saya melihat saya dibonceng Dwi. Saya langsung terkejut. Saya takut sekali. Karena selama 3 setengah tahun ini saya memang backstreet dengan Dwi.
            Yang saya lihat dari pemikiran orang tua saya pikiran meraka bisa dibilang kolot. Kenapa seperti itu? Karena mereka takut kalau saya sudah mulai berpacaran saya sudah ingin cepat-cepat menikah. Padahal itu jauh sekali dipikiran saya. saya memang serius menjalin hubungan dengan Dwi. Tapi bukan berarti saya serius saya sudah ingin cepat-cepat menikah dengan dia. Saya hanya menikmati masa-masa muda saya saat ini.
            Tetapi saya mewajarkan pikiran orang tua saya. saya tinggal dilingkungan yang anak umur 19 tahun itu sudah terlalu tua untuk menikah. Saya tinggal dilingkungan yang lulus SMP atau lulus SMA sudah langsung menikah. Orang tua saya takut saya ingin seperti mereka. Orang tua saya takut saya kuliah selama ini akan sia-sia kalau ujung-ujungnya setelah lulus saya hanya langsung menikah. Tanpa menikmati jerih payah saya kuliah selama ini.
            Malam ini saya menangis. Mencoba menjelaskan kepada mereka. Saya bilang kalau saya tidak akan seperti anak perempuan dilingkungan tempat tinggal saya yang masih kecil sudah menikah. Saya bilang kalau saya hanya sekedar menikmati rasa normal saya yang menyukai lawan jenis. Saya bilang kalau saya akan tetap fokus kuliah walaupun saya sudah berpacaran.
            Setelah saya menjelaskan itu semua saya langsung terkejut ketika papah saya bilang “anak kuliahan pacaran sama pengangguran”. Sakit sekali hati saya mendengar itu. Cepat-cepat saya ralat perkataan papah saya. saya langsung menjelaskan kalau Dwi itu bukan pengangguran. Dwi itu mempunyai usaha. Walaupun usaha dia masih terbilang baru dan belum terlihat hasilnya, tapi paling tidak dia membuka usaha itu sama sekali tidak meminta uang sepeser pun kepada orang tuanya. Dia benar-benar serius menjalankan usaha dia itu. Saya juga bilang ke papah saya “yang namanya usaha itu gak ada yang langsung sukses kan? Pasti jatuh bangun dulu. Sama kayak papah dulu waktu pertama kali buka usaha”. Kebetulan papah saya seorang wiraswasta.
            Saat saya bicara seperti itu papah saya diam beberapa saat. Dan tiba-tiba dia bilang “cari pacar itu dokter, polisi, atau PNS. Namanya juga anak kuliahan”. Mendengar kata-kata papah saya yang seperti itu saya langsung menjawab “kenny kuliah itu buat masa depan kenny, bukan buat ngedapetin suami dokter. Emangnya anak kuliahan itu harus pacaran sama anak kuliahan juga? Dwi emang Cuma lulusan SMA, tapi paling gak pikiran dia lebih dari sekedar orang yang lulusan SMA. Buat apa kenny pacaran sama dokter atau anak kuliahan kalau kenny tau dia ga baik. Yang kenny liat selama ini anak kuliahan banyak yang ga benernya, ngapain kenny pacaran sama anak kuliahan kalau anak yang cuma lulusan SMA aja sikapnya jauh lebih baik dari anak kuliahan. Kenny udah gede, kenny tau mana yang baik mana yang enggak. Kenny tau Dwi baik, makanya kenny bisa selama ini sama dia. Kalau kenny tau dia gak baik. Gak mungkin kenny pacaran selama ini sama dia”.
            Mendengar kata-kata itu papah saya langsung diam. Saya langsung masuk kamar dan beberapa hari ini saya menjadi anak yang pendiam. Sampai-sampai mama saya bertanya kepada saya apakah saya marah dengan dia atau tidak. Karena saya masih diam juga akhirnya mama saya berkata “mama sama papah gak maksa. Kalau emang kenny nyamannya sama dia ya dijalanin aja. Asal gak ganggu kuliah kenny”. Mendengar seperti itu saya masih diam. Walaupun sebenarnya saya merasa lega.
            Tetapi walaupun mama saya sudah bilang seperti itu saya masih belum akan membawa Dwi kerumah. Karena saya masih menghargai kedua orang tua saya yang sebenarnya memang masih belum mengizinkan saya berpacaran. Tetapi paling tidak mereka sudah tahu kalau saya berpacaran dan mereka tau dengan siapa saya pergi. Jadi kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mereka tau harus menghubungi siapa


Bersambung...

Botanical Garden





            Hari ini beberapa hari setelah lebaran 2012. Karena ini masih suasana libur hari raya dan kami berdua bosan dirumah terus. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk jalan-jalan. Saya dan Dwi juga bingung ingin jalan kemana.
             Kebetulan rumah kami didaerah Bogor. Di Bogor terkenal dengan Kebun Raya dan akhirnya saya dan Dwi pergi kesana. Kebetulan juga jika hari libur seperti ini di Kebun Raya banyak pengunjung dari luar kota. Jadi pasti di kebun raya akan ramai dan tidak begitu membosankan. Lagi pula walaupun kami berdua tinggal didaerah Bogor, kami sangat jarang  masuk ke Kebun Raya. Kami berpikir untuk apa kami kesana, paling disana hanya ada pohon-pohon besar. Seandainya kesana pun lebih seru jika beramai-ramai. Kalau hanya berdua pasti sangat membosankan.
            Sesampainya di sana ternyata seperti yang sudah saya dan Dwi duga. Ternyata ramai sekali. Banyak sekali keluarga yang sedang duduk-duduk dibawah pohon menggelar tikar sambil makan bersama.
            Karena kami berangkat memang sudah sore hari. Jadi kami tidak lama disini. Kami berdua hanya berjalan sebentar dan duduk sebentar, setelah itu berfoto-foto dan kami langsung pulang. Kami juga tidak mengelilingi seluruh kebun raya. Bahkan setengahnya saja tidak. Karena sudah merasa lelah akhirnya saya dan Dwi pulang.
            Walau hari ini hanya seperti itu saja tapi saya dan Dwi cukup senang. Tidak harus berlibur ketempat yang mewah. Yang penting bersama sudah cukup bahagia. Jadi bahagia itu sederhana.


Bersambung...