Kamis, 20 Juni 2013

Dokter? Polisi? PNS? Atau Dia yang hanya lulusan SMA





            Tepat tanggal 24 Februari 2013 ini akhirnya papah saya tahu kalau saya mempunyai pacar. Sebenarnya diumur saya yang sudah 19 tahun ini saya masih belum diizinkan pacaran oleh kedua orang tua saya. sebenarnya mama saya tahu kalau saya dekat dengan Dwi. Tapi mama saya lebih memilih tutup mata dan tutup telinga soal hubungan saya dengan Dwi.
            Malam ini papah saya melihat saya boncengan dimotor dengan Dwi. Saya tidak tahu kalau dia melihat saya. sesampainya dirumah saya melihat kedua orang tua saya itu diam saja. Itu tidak seperti biasanya. Makanya saya langsung bertanya dengan mama saya apa yang sebenarnya terjadi. Saat saya bertanya, mama saya langsung bilang dengan saya kalau papah saya melihat saya dibonceng Dwi. Saya langsung terkejut. Saya takut sekali. Karena selama 3 setengah tahun ini saya memang backstreet dengan Dwi.
            Yang saya lihat dari pemikiran orang tua saya pikiran meraka bisa dibilang kolot. Kenapa seperti itu? Karena mereka takut kalau saya sudah mulai berpacaran saya sudah ingin cepat-cepat menikah. Padahal itu jauh sekali dipikiran saya. saya memang serius menjalin hubungan dengan Dwi. Tapi bukan berarti saya serius saya sudah ingin cepat-cepat menikah dengan dia. Saya hanya menikmati masa-masa muda saya saat ini.
            Tetapi saya mewajarkan pikiran orang tua saya. saya tinggal dilingkungan yang anak umur 19 tahun itu sudah terlalu tua untuk menikah. Saya tinggal dilingkungan yang lulus SMP atau lulus SMA sudah langsung menikah. Orang tua saya takut saya ingin seperti mereka. Orang tua saya takut saya kuliah selama ini akan sia-sia kalau ujung-ujungnya setelah lulus saya hanya langsung menikah. Tanpa menikmati jerih payah saya kuliah selama ini.
            Malam ini saya menangis. Mencoba menjelaskan kepada mereka. Saya bilang kalau saya tidak akan seperti anak perempuan dilingkungan tempat tinggal saya yang masih kecil sudah menikah. Saya bilang kalau saya hanya sekedar menikmati rasa normal saya yang menyukai lawan jenis. Saya bilang kalau saya akan tetap fokus kuliah walaupun saya sudah berpacaran.
            Setelah saya menjelaskan itu semua saya langsung terkejut ketika papah saya bilang “anak kuliahan pacaran sama pengangguran”. Sakit sekali hati saya mendengar itu. Cepat-cepat saya ralat perkataan papah saya. saya langsung menjelaskan kalau Dwi itu bukan pengangguran. Dwi itu mempunyai usaha. Walaupun usaha dia masih terbilang baru dan belum terlihat hasilnya, tapi paling tidak dia membuka usaha itu sama sekali tidak meminta uang sepeser pun kepada orang tuanya. Dia benar-benar serius menjalankan usaha dia itu. Saya juga bilang ke papah saya “yang namanya usaha itu gak ada yang langsung sukses kan? Pasti jatuh bangun dulu. Sama kayak papah dulu waktu pertama kali buka usaha”. Kebetulan papah saya seorang wiraswasta.
            Saat saya bicara seperti itu papah saya diam beberapa saat. Dan tiba-tiba dia bilang “cari pacar itu dokter, polisi, atau PNS. Namanya juga anak kuliahan”. Mendengar kata-kata papah saya yang seperti itu saya langsung menjawab “kenny kuliah itu buat masa depan kenny, bukan buat ngedapetin suami dokter. Emangnya anak kuliahan itu harus pacaran sama anak kuliahan juga? Dwi emang Cuma lulusan SMA, tapi paling gak pikiran dia lebih dari sekedar orang yang lulusan SMA. Buat apa kenny pacaran sama dokter atau anak kuliahan kalau kenny tau dia ga baik. Yang kenny liat selama ini anak kuliahan banyak yang ga benernya, ngapain kenny pacaran sama anak kuliahan kalau anak yang cuma lulusan SMA aja sikapnya jauh lebih baik dari anak kuliahan. Kenny udah gede, kenny tau mana yang baik mana yang enggak. Kenny tau Dwi baik, makanya kenny bisa selama ini sama dia. Kalau kenny tau dia gak baik. Gak mungkin kenny pacaran selama ini sama dia”.
            Mendengar kata-kata itu papah saya langsung diam. Saya langsung masuk kamar dan beberapa hari ini saya menjadi anak yang pendiam. Sampai-sampai mama saya bertanya kepada saya apakah saya marah dengan dia atau tidak. Karena saya masih diam juga akhirnya mama saya berkata “mama sama papah gak maksa. Kalau emang kenny nyamannya sama dia ya dijalanin aja. Asal gak ganggu kuliah kenny”. Mendengar seperti itu saya masih diam. Walaupun sebenarnya saya merasa lega.
            Tetapi walaupun mama saya sudah bilang seperti itu saya masih belum akan membawa Dwi kerumah. Karena saya masih menghargai kedua orang tua saya yang sebenarnya memang masih belum mengizinkan saya berpacaran. Tetapi paling tidak mereka sudah tahu kalau saya berpacaran dan mereka tau dengan siapa saya pergi. Jadi kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mereka tau harus menghubungi siapa


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar