Tepat
tanggal 24 Februari 2013 ini akhirnya papah saya tahu kalau saya mempunyai
pacar. Sebenarnya diumur saya yang sudah 19 tahun ini saya masih belum
diizinkan pacaran oleh kedua orang tua saya. sebenarnya mama saya tahu kalau
saya dekat dengan Dwi. Tapi mama saya lebih memilih tutup mata dan tutup
telinga soal hubungan saya dengan Dwi.
Malam
ini papah saya melihat saya boncengan dimotor dengan Dwi. Saya tidak tahu kalau
dia melihat saya. sesampainya dirumah saya melihat kedua orang tua saya itu
diam saja. Itu tidak seperti biasanya. Makanya saya langsung bertanya dengan
mama saya apa yang sebenarnya terjadi. Saat saya bertanya, mama saya langsung
bilang dengan saya kalau papah saya melihat saya dibonceng Dwi. Saya langsung
terkejut. Saya takut sekali. Karena selama 3 setengah tahun ini saya memang
backstreet dengan Dwi.
Yang
saya lihat dari pemikiran orang tua saya pikiran meraka bisa dibilang kolot.
Kenapa seperti itu? Karena mereka takut kalau saya sudah mulai berpacaran saya
sudah ingin cepat-cepat menikah. Padahal itu jauh sekali dipikiran saya. saya
memang serius menjalin hubungan dengan Dwi. Tapi bukan berarti saya serius saya
sudah ingin cepat-cepat menikah dengan dia. Saya hanya menikmati masa-masa muda
saya saat ini.
Tetapi
saya mewajarkan pikiran orang tua saya. saya tinggal dilingkungan yang anak
umur 19 tahun itu sudah terlalu tua untuk menikah. Saya tinggal dilingkungan
yang lulus SMP atau lulus SMA sudah langsung menikah. Orang tua saya takut saya
ingin seperti mereka. Orang tua saya takut saya kuliah selama ini akan sia-sia
kalau ujung-ujungnya setelah lulus saya hanya langsung menikah. Tanpa menikmati
jerih payah saya kuliah selama ini.
Malam
ini saya menangis. Mencoba menjelaskan kepada mereka. Saya bilang kalau saya
tidak akan seperti anak perempuan dilingkungan tempat tinggal saya yang masih
kecil sudah menikah. Saya bilang kalau saya hanya sekedar menikmati rasa normal
saya yang menyukai lawan jenis. Saya bilang kalau saya akan tetap fokus kuliah
walaupun saya sudah berpacaran.
Setelah
saya menjelaskan itu semua saya langsung terkejut ketika papah saya bilang
“anak kuliahan pacaran sama pengangguran”. Sakit sekali hati saya mendengar
itu. Cepat-cepat saya ralat perkataan papah saya. saya langsung menjelaskan
kalau Dwi itu bukan pengangguran. Dwi itu mempunyai usaha. Walaupun usaha dia
masih terbilang baru dan belum terlihat hasilnya, tapi paling tidak dia membuka
usaha itu sama sekali tidak meminta uang sepeser pun kepada orang tuanya. Dia
benar-benar serius menjalankan usaha dia itu. Saya juga bilang ke papah saya
“yang namanya usaha itu gak ada yang langsung sukses kan? Pasti jatuh bangun
dulu. Sama kayak papah dulu waktu pertama kali buka usaha”. Kebetulan papah
saya seorang wiraswasta.
Saat
saya bicara seperti itu papah saya diam beberapa saat. Dan tiba-tiba dia bilang
“cari pacar itu dokter, polisi, atau PNS. Namanya juga anak kuliahan”.
Mendengar kata-kata papah saya yang seperti itu saya langsung menjawab “kenny
kuliah itu buat masa depan kenny, bukan buat ngedapetin suami dokter. Emangnya
anak kuliahan itu harus pacaran sama anak kuliahan juga? Dwi emang Cuma lulusan
SMA, tapi paling gak pikiran dia lebih dari sekedar orang yang lulusan SMA.
Buat apa kenny pacaran sama dokter atau anak kuliahan kalau kenny tau dia ga
baik. Yang kenny liat selama ini anak kuliahan banyak yang ga benernya, ngapain
kenny pacaran sama anak kuliahan kalau anak yang cuma lulusan SMA aja sikapnya
jauh lebih baik dari anak kuliahan. Kenny udah gede, kenny tau mana yang baik
mana yang enggak. Kenny tau Dwi baik, makanya kenny bisa selama ini sama dia.
Kalau kenny tau dia gak baik. Gak mungkin kenny pacaran selama ini sama dia”.
Mendengar
kata-kata itu papah saya langsung diam. Saya langsung masuk kamar dan beberapa
hari ini saya menjadi anak yang pendiam. Sampai-sampai mama saya bertanya
kepada saya apakah saya marah dengan dia atau tidak. Karena saya masih diam
juga akhirnya mama saya berkata “mama sama papah gak maksa. Kalau emang kenny
nyamannya sama dia ya dijalanin aja. Asal gak ganggu kuliah kenny”. Mendengar
seperti itu saya masih diam. Walaupun sebenarnya saya merasa lega.
Tetapi
walaupun mama saya sudah bilang seperti itu saya masih belum akan membawa Dwi
kerumah. Karena saya masih menghargai kedua orang tua saya yang sebenarnya
memang masih belum mengizinkan saya berpacaran. Tetapi paling tidak mereka
sudah tahu kalau saya berpacaran dan mereka tau dengan siapa saya pergi. Jadi
kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mereka tau harus menghubungi siapa
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar